![]() |
| Salah satu candi di komplek Candi Gunung Wukir |
Ini
Bukan Kolam Ikan,Tapi ini Candi Losari
Sepintas dari pinggir jalan
tidak terlihat kalau dilokasi ini terdapat sebuah candi. Dari kejauhan terlihat
seperti tempat pertemuan. Palang petunjuk menunjukkan arah candi Losari. Pagi itu
saya memasuki kawasan candi Losari. Tidak dipungut biaya untuk memasukinya,
hanya mengisi data pengunjung. Tempatnya sepi, hanya terlihat dua pengunjung
masih muda seumuran anak SMA. Mereka ke candi Losari untuk penelitian karya
ilmiah.
Candi
ini terletak di Dusun Losari, Desa Salam, Salam Magelang. Memasuki candi ini,
saya disambut kebun salak (sebagian salaknya sudah matang-matang
lho...hihihihi) disisi kanan dan kiri jalan. Belum tampak jelas candinya berada
dimana, semakin mendekat saya baru tahu kalau candi Losari terendam air dan hanya
terlihat bagian ujung atas candi. Mirip seperti kolam ikan dengan bebatuan
sebagai hiasan, yang pastinya ada ikannya kecil-kecil.
Candi
yang berlatar belakang agama hindu ini ditemukan di area kebun salak pada
tanggal 12 Mei 2004 dan tertimbun oleh material
Gunung Merapi berupa endapan lahar, fluviatil maupun alluvial. Candi ini
memiliki satu candi induk dengan ukuran 4,5 m x 4,5 m yang menghadap ke timur. Pada
setiap dinding terdapat arca lokapala (menurut mitologi Hindu yaitu dewa mata
angin). Didepan candi induk terdapat 3 buah Candi Perwara dengan bentuk dan
ukuran yang sama. Terendamnya candi disebabkan karena munculnya mata air dilokasi
tersebut. Diperkirakan nantinya setelah renovasi, candi ini akan berbentuk
seperti candi di daerah Jawa Timur dengan arsitek bagian atas lebih besar.
Mendaki Bukit ke Candi Gunung Wukir
Karena
saat itu cuaca masih pagi, saya melanjutkan ke Candi Gunung Wukir. Candi ini
jaraknya tidak jauh dari candi losari sekitar 2 km. Berbeda dengan candi
Losari, candi Gunung Wukir ini terletak diatas bukit (dari namanya saja sudah bisa
ditebak “Gunung Wukir”). Melewati jalan pedesaan yang masih asri, saya akhirnya
sampai di bawah bukit. Saya menitipkan motor saya di halaman rumah penduduk
karena sangat tidak mungkin menggunakan motor untuk mendaki bukit hihihi...
Jalan setapak saya lalui, sungai kecil menjernihkan hari ini. Pendakian tidak
terlalu tinggi jarak yang ditempuk sekitar 1,5 km. Pohon tinggi dan rindang
menemani perjalanan saya.
Akhirnya
saya sampai puncak bukit. Dan diatas bukit terdapat komplek candi. Memang tidak
terlalu besar, namun cukup nyaman dan sejuk. Terdapat tiga candi dalam komplek
tersebut. Kompleknya masih bersih, jarang sekali saya liat sampah berserakan. Mungkin
jarang ada pengunjung karena lokasinya sulit, dan kurang dipromosikan.
Sebelum
berkeliling, saya melapor kunjungan saya kepada penjaga candi. Seperti biasa,
tidak dipungut biaya. Dan saya sangat menikmati komplek candi ini sebagai
pengunjung satu-satunya.
Komplek
candi ini terdiri dari satu candi induk dan tida candi perwara yang berdiri
saling berhadapan dan merupakan candi peninggalan agama hindu. Candi-candi ini
pernah pengalami pemugaran pada tahun 1937-1939. Namu kondisinya sampai
sekarang tidak utuh karena saat itu hanya dapat memugar kaki candi induk. Hal itu disebabkan karena bebatuannya sebagian sudah hilang. Dahulu candi ini diberi pagar batu.
Setelah
lama duduk dipinggir candi menikmati sepoi angin dan merdunya suara burung,
akhirnya saya kembali turun bukit. Entah mengapa perjalanan turun terasa sangat
cepat,,hehehe...










Tidak ada komentar:
Posting Komentar