Rabu, 22 April 2015

Di Bawah Tanah dan Di Atas Bukit

Salah satu candi di komplek Candi Gunung Wukir
Ini Bukan Kolam Ikan,Tapi ini Candi Losari
Sepintas dari pinggir jalan tidak terlihat kalau dilokasi ini terdapat sebuah candi. Dari kejauhan terlihat seperti tempat pertemuan. Palang petunjuk menunjukkan arah candi Losari. Pagi itu saya memasuki kawasan candi Losari. Tidak dipungut biaya untuk memasukinya, hanya mengisi data pengunjung. Tempatnya sepi, hanya terlihat dua pengunjung masih muda seumuran anak SMA. Mereka ke candi Losari untuk penelitian karya ilmiah.
          Candi ini terletak di Dusun Losari, Desa Salam, Salam Magelang. Memasuki candi ini, saya disambut kebun salak (sebagian salaknya sudah matang-matang lho...hihihihi) disisi kanan dan kiri jalan. Belum tampak jelas candinya berada dimana, semakin mendekat saya baru tahu kalau candi Losari terendam air dan hanya terlihat bagian ujung atas candi. Mirip seperti kolam ikan dengan bebatuan sebagai hiasan, yang pastinya ada ikannya kecil-kecil.
          Candi yang berlatar belakang agama hindu ini ditemukan di area kebun salak pada tanggal 12 Mei 2004 dan tertimbun oleh material  Gunung Merapi berupa endapan lahar, fluviatil maupun alluvial. Candi ini memiliki satu candi induk dengan ukuran 4,5 m x 4,5 m yang menghadap ke timur. Pada setiap dinding terdapat arca lokapala (menurut mitologi Hindu yaitu dewa mata angin). Didepan candi induk terdapat 3 buah Candi Perwara dengan bentuk dan ukuran yang sama. Terendamnya candi disebabkan karena munculnya mata air dilokasi tersebut. Diperkirakan nantinya setelah renovasi, candi ini akan berbentuk seperti candi di daerah Jawa Timur dengan arsitek bagian atas lebih besar.

Mendaki Bukit ke Candi Gunung Wukir

          Karena saat itu cuaca masih pagi, saya melanjutkan ke Candi Gunung Wukir. Candi ini jaraknya tidak jauh dari candi losari sekitar 2 km. Berbeda dengan candi Losari, candi Gunung Wukir ini terletak diatas bukit (dari namanya saja sudah bisa ditebak “Gunung Wukir”). Melewati jalan pedesaan yang masih asri, saya akhirnya sampai di bawah bukit. Saya menitipkan motor saya di halaman rumah penduduk karena sangat tidak mungkin menggunakan motor untuk mendaki bukit hihihi... Jalan setapak saya lalui, sungai kecil menjernihkan hari ini. Pendakian tidak terlalu tinggi jarak yang ditempuk sekitar 1,5 km. Pohon tinggi dan rindang menemani perjalanan saya. 
          Akhirnya saya sampai puncak bukit. Dan diatas bukit terdapat komplek candi. Memang tidak terlalu besar, namun cukup nyaman dan sejuk. Terdapat tiga candi dalam komplek tersebut. Kompleknya masih bersih, jarang sekali saya liat sampah berserakan. Mungkin jarang ada pengunjung karena lokasinya sulit, dan kurang dipromosikan.
          Sebelum berkeliling, saya melapor kunjungan saya kepada penjaga candi. Seperti biasa, tidak dipungut biaya. Dan saya sangat menikmati komplek candi ini sebagai pengunjung satu-satunya.
          Komplek candi ini terdiri dari satu candi induk dan tida candi perwara yang berdiri saling berhadapan dan merupakan candi peninggalan agama hindu. Candi-candi ini pernah pengalami pemugaran pada tahun 1937-1939. Namu kondisinya sampai sekarang tidak utuh karena saat itu hanya dapat memugar kaki candi induk. Hal itu disebabkan karena bebatuannya sebagian sudah hilang. Dahulu candi ini diberi pagar batu.
          Setelah lama duduk dipinggir candi menikmati sepoi angin dan merdunya suara burung, akhirnya saya kembali turun bukit. Entah mengapa perjalanan turun terasa sangat cepat,,hehehe...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar